Alerta! Dunia Islam Sedang Tidak Baik-Baik Saja
Dunia Islam lagi gak baik-baik aja. Sekarang, Islam bener-bener masuk ke dalam fase terlemah sepanjang sejarah. Ga usah deh, liat pemerintahan ini berdaulat, pemerintahan itu berdaulat. Hey jangan kalain terbuai sama nasionalisme regional. Kita semua hafal hadits bahwa umat muslim itu satu tubuh. Yang satu sakit, kita semua harus ngerasain sakit itu. Muslim di belahan dunia sana lagi dalam fase-fase terburuk, dan kita masih diem aja? Masih duduk manis ngelakuin apa yang kita anggep bener sambil menjunjung-junjung satu pihak tanpa punya rasa penasaran tentang apa yang ada di balik itu semua? Ya ampun, sadar!
Tulisan ini gak sama sekali ingin menyalahkan pihak manapun. Penulis lebih berharap tulisan ini setidaknya bisa jadi senter penerang untuk nunjukin apa yang sebenernya lagi terjadi. Gak usah muluk-muluk, kalo pembaca setelah liat tulisan ini tergerak hatinya, dan pandangannya terbuka dengan krisis umat Islam itu udah lebih dari cukup. Kita harus peduli, dengan bentuk apapun, kita gak boleh diem aja and pretending everything is just doing okay.
Di tulisan ini, penulis bakal bahas Yemen Conflict. Ini salah satu konflik yang sedang melanda umat Islam. Dan ini konflik besar yang parah banget dan kalian harus tau. Tulisan dibawah ini adalah terjemahan dari Jurnal BBC tanggal 10 Februari 2020. Semoga apa yang tertulis disini bisa bermanfaat.
Yaman, salah satu negara Arab paling miskin telah dihancurkan oleh perang saudara yang berlarut-larut. Dalam tulisan ini, akan kita bahas apa yang membuat perang ini meletus, dan siapa saja yang terlibat.
Bagaimana Perang Bisa Bermulai?
Konflik ini berakar dari gagalnya transisi politik yang seharusnya mengembalikan stabilitas negara Yaman setelah tragedi Arab Spring pada 2011 lalu. Arab Spring adalah gerakan besar-besaran bangsa Arab untuk bangkit melawan kelaliman penguasa. Ketika itu, banyak negara yang dilanda demonstrasi besar-besaran dan berujung pada penggulingan beberapa pemimpinnya. Yaman adalah salah satu negara yang presidennya digulingkan berkat gerakan ini.
Presiden Yaman ketika itu, Ali Abdullah Saleh, terpaksa turun dan memberikan kekuasaan kepada wakilnya yang bernama Abdurabbuh Mansour Hadi.
Sebagai seorang presiden baru, Hadi harus berjuang mengatasi banyak masalah yang beragam. Diantaranya serangan kelompok teroris, gerakan pemberontak di selatan wilayah Yaman, pasukan keamanan yang masih setia pada Mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, juga masalah korupsi, pengangguran, dan krisis pangan.
Komentar Penulis: Bayangin, Yaman itu negara Islam. Tapi masalah yang diterima Presiden Hadi segitu banyak. Bukan cuma masalah politik dan militer aja, tapi masalah sosial kayak pengangguran dan krisis pangan. Ada juga masalah korupsi, bayangin deh, negara lagi kacau balau masih aja ada yang sempet korupsi duit rakyat. Kurang bobrok apalagi coba pemimipin negara Islam itu?
Ada sebuah gerakan bernama “Houthi” yang secara resmi menyebut diri mereka sebagai Anshorullah. Gerakan ini adalah para pembela dari minoritas Syiah Zaidiah yang ada di Yaman. Mereka sudah memberontak melawan Mantan Presiden Saleh sebelum akhirnya dia digulingkan pada tahun 2011. Ketika Presiden Hadi naik dan negara sedang dalam posisi lemah, Houthi memanfaatkan keadaan dan semakin menjadi-jadi. Mereka pun berhasil merebut bagian Utara provinsi Saada dan beberapa area di dekatnya dari kontrol pemerintah pusat.
Sementara itu, mayoritas rakyat Yaman (yang kebanyakan orang Sunni) ikut kecewa dengan masa transisi yang dipimpin oleh Presiden Hadi. Akhirnya mereka ikut mendukung gerakan Houthi dan pada akhir tahun 2014 dan awal tahun 2015 berhasil merebut ibu kota Yaman, Sanaa.
Houthi ternyata tidak sendirian. Mantan Presiden Saleh yang masih punya banyak loyalis militer kini ikut membantu Houthi dengan tujuan untuk mengambil kembali kekuasaan atas negara Yaman setelah digulingkan ketika Arab Spring. Houthi dan Saleh yang dulunya bermusuhan, kini saling berjabat tangan melawan pemerintahan. Mereka berusaha mengambil kontrol penuh atas negara dan memaksa Presiden Hadi yang sedang menjabat untuk terbang dan meninggalkan negara yang carut marut.
Melihat kacaunya kondisi Yaman, juga dugaan bahwa gerakan Syiah Houthi dibantu oleh Iran persenjataan dan logistiknya, Saudi dan delapan negara Arab yang kebanyakan Islam Sunni ikut campur dalam perang ini. Saudi memimpin kampanye serangan udara untuk mengalahkan Houthi, mengakhiri pengaruh Iran dalam negara Yaman, dan untuk mengembalikan kekuasaan pada Presiden Hadi.
Koalisi Arab Saudi mendapat bantuan logistik dan intelijen dari negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Perancis.
Komentar Penulis: Negara Barat ikut campur. Kalo kita liat sejarah nusantara, dimana banyak tentara Belanda dipinjemin ke raja-raja Nusantara ketika perang saudara, itu pinjamannya gak ada yang gratis. Pasti mereka meminta imbalan yang ga sedikit. Coba bayangin, perang muslim melawan muslim, orang non muslim sampe ikut campur ikut manas-mansin, sebenarnya harga diri umat islam ditaro dimana sekarang tuh?
Apa Yang Terjadi Setelah Koalisi Turun Tangan?
Suatu hari, pada pukul 08:30 pagi, di sebuah jalan yang ramai dengan rakyat sipil di kota Dahyan, utara Yaman, terdapat sebuah bis berisi puluhan anak Sekolah Dasar. Bis itu seperti bis normal pada umumnya. Membawa anak-anak yang mungkin ingin berangkat sekolah menimba ilmu. Tapi sayang, koalisi Arab Saudi tidak berpikir demikian.
Koalisi Arab Saudi dengan pesawat tempurnya, menarget bis itu dan mengatakan bahwa bis itu berisi tentara pemberontak. Akhirnya serangan udara pun dieksekusi, dan seketika bis berisi puluhan anak kecil berusia 10-15 tahun itu meledak. Puluhan jiwa tak berdosa harus terpanggang meregang nyawa.
Seorang warga bernama Muhammad yang kehilangan anak 10 tahunnya pada tragedi itu bercerita, bahwa ia harus mengidentifikasi anaknya lewat giginya. Ia mengatakan bahwa tubuh anak-anak kecil itu sudah menyatu satu dengan yang lainnya sehingga terjadi keributan antara orang tua murid. Mereka saling mengklaim bahwa tubuh ini adalah anak mereka.
Di awal intervensi Koalisi, Arab Saudi mengumumkan bahwa Kampanye Serangan Udara hanya akan berlangsung selama beberapa minggu. Namun nyatanya terjadi kebuntuan militer selama 4 tahun semenjak itu.
Koalisi mendaratkan tentaranya di pelabuhan selatan Yaman, tepatnya di Kota Aden pada bulan Agustus 2015. Beberapa bulan setelahnya, Koalisi membantu mengusir tentara pemberontak dari banyak wilayah Selatan Yaman dan mendorong pemberontak ke Utara.
Pemerintahan Presiden Hadi berhasil membuat markas sementara di kota Aden setelah terusir dari Ibu Kota Sanaa. Namun, mereka harus berjuang untuk memasok logistik dan menjamin keamanan pejabat pemerintah. Presiden Hadi pun tetap memerintah dari Arab Saudi.
Sementara itu, kelompok Houthi belum hengkang dari ibu kota Sanaa dan wilayah Barat Laut Yaman. Mereka berhasil mempertahankan kepungan pada kota Taiz (lihat peta diatas) dan menembakan Misil Darat juga menyerang menggunakan Drone pada basis pertahanan Koalisi Arab Saudi.
Kelompok Militer al-Qaeda Teritorial Semenanjung Arab (AQAP) dan afiliasi lokal kelompok saingan Islamic State (IS) mengambil kesempatan dari kekacauan ini dan melancarkan serangan mematikan pada wilayah selatan, terutama wilayah Aden.
Serangan Rudal Balistik Militer Houthi ke wilayah Arab Saudi pada tahun 2017 memprovokasi Koalisi Saudi untuk memperketat blokade atas Yaman. Koalisi berkata bawa blokade ini bertujuan untuk menghentikan penyelundupan senjata dari Iran untuk militer Houthi (walaupun Iran berkali-kali menentang tuduhan ini). Namun, blokade ini ternyata berdampak pula pada meningkatnya harga makanan dan bahan bakar. Ini semua semakin mendekatkan rakyat Yaman pada kerawanan pangan.
Pada tahun 2017, persekutuan antara militer Houthi dan Mantan Presiden Ali Abdullah Saleh rusak. Ini terjadi setelah perpecahan antara kedua kubu dalam memperebutkan masjid agung ibu kota Sanaa. Ketika itu, Saleh memutuskan ingin membuka lembaran baru dengan Saudi. Ia akan berusaha mengembalikan hubungan baik antara kedua negara supaya kedamaian bisa tercapai di negaranya. Dan keputusan Saleh ini ternyata keputusan yang selama ini dinanti-nanti oleh rakyat Yaman. Namun, keputusan untuk kembali berhubungan dengan Saudi, dan menyelesaikan perang berarti Saleh berbalik melawan Houthi.
Karena itu, pada 4 Desember, Militer Houthi melancarkan serangan untuk merebut kontrol penuh atas ibu kota dan serangan ini menyebabkan Mantan Presiden Ali Abdullah Saleh terbunuh.
Ketika Mantan Presiden Saleh gugur, terjadi kecanggungan hubungan antara rakyat Yaman dan Mantan Presiden yang sudah wafat itu. Benar bahwa mereka mendemo habis-habisan sang kepala negara ketika Arab Spring 2011. Dan benar mereka juga yang berhasil menggulingkan Saleh dari kursi kekuasaan. Tapi kekuatan Saleh yang telah ia bangun selama 33 tahun memimpin Yaman, dan keputusannya sebelum terbunuh yang ingin memperbaiki hubungan dengan Saudi, dianggap satu-satunya harapan untuk mengeluarkan Yaman dari krisis kemanusiaan yang sangat parah. Sayangnya, Saleh sudah tiada, dan masa depan Yaman semakin rabun.
Pada bulan Juni 2018, untuk menyelesaikan kebuntuan dalam operasi militer di medan tempur, Koalisi Arab Saudi merencanakan sebuah serangan besar-besaran untuk merebut sebuah kota pelabuhan bernama Hudaydah yang dikuasai kelompok Houthi. Pelabuhan kota Hudaydah adalah pelabuhan yang menjadi jalur utama penyaluran logistik untuk menunjang kehidupan dua pertiga populasi Yaman.
PBB memperingatkan Koalisi, bahwa serangan besar-besaran itu bisa berujung pada penghancuran pelabuhan. Dalam pelabuhan itu, PBB menyimpan banyak stok gandum dan bahan pangan untuk membantu warga sipil menghadapi krisis pangan. Dengan hancurnya pelabuhan yang berisi gudang suplai penduduk, maka kematian masal penduduk sipil akibat kelaparan akan sulit dihindari.
Namun, Koalisi Saudi tetap melancarkan serangan pada kota Hudaydah walaupun telah diperingati oleh PBB. Serangan itu menyebabkan beberapa gudang gandum di pelabuhan rusak dan gandum-gandum di dalamnya terbakar.
Komentar Penulis: Semenjak Khilafah Utsmani runtuh (Atau mungkin selama Utsmani berdiri pun hampir sama), dunia Islam sering banget ngelakuin blunder militer. Banyak kasus perang yang strategi nya gak disusun dengan baik dan malah menyebabkan banyak kerugian. Coba baca-baca kisah-kisah perang Yom Kippur dan perang 6 hari. Atau kisah pembajakan Masjid al-Haram oleh kelompok teroris Juhayman al-Otaibi. Contoh blunder militer juga udah kalian baca di paragraf pertama Sub-Bahasan ini tentang serangan udara yang salah sasaran. Penyerangan kota Hudaydah dengan full-power pun terbilang blunder kalo kita bandingin sama operasi-operasi militer negara maju.
Setelah enam bulan berperang untuk merebut kota Hudaydah, kedua pihak sepakat untuk membicarakan gencatan senjata dan menggelar diskusi di Swedia. Disana, mereka berhasil membuat perjanjian Stockholm yang berisikan diantaranya Saudi harus menarik tentaranya yang sudah diterjunkan di Hudaydah. Sebuah mekanisme pertukaran tawanan juga akan dibuat dan diterapkan. Diskusi itu membahas pula situasi di kota Taiz dimana kelompok Houthi menyerang Koalisi Saudi dengan rudal balistik dan Drone.
Namun, setelah gencatan senjata disepakati, masih terdengar tembak menembak di kota Hudaydah. Walaupun banyak tawanan perang yang sudah dilepaskan dari kedua belah pihak, Koalisi Saudi belum juga menarik tentaranya dari kota Hudaydah seperti yang tertulis pada perjanjian Stockholm.
Kelompok Houthi pun menyerang kota Hudaydah yang masih dikuasai tentara Koalisi dengan Mortar. Serangan Mortar ini menghancurkan banyak suplai logistik untuk masyarakat sipil Yaman. Ini membuat gencatan senjata yang disepakati terasa sia-sia. Perjanjian Stockholm pun ditakutkan tidak akan bertahan lama, dan perang untuk memperebutkan Hudaydah akan kembali berkobar.
Kondisi semakin buruk di bulan Agustus 2019 ketika pecah pertempuran antara Tentara Pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi melawan STC (the Southern Transitional Council). STC adalah kelompok pemberontak yang seolah-olah bersekutu dengan Koalisi Saudi dan kabarnya didukung oleh Uni Emirat Arab.
Tentara STC menuduh Presiden Hadi telah gagal dalam memanajemen kondisi transisi politik. Mereka mengambil alih kota Aden yang menjadi basis sementara pemerintahan Hadi. Mereka menolak untuk mengizinkan pemerintahan Hadi kembali ke Aden hingga Arab Saudi mau memediasi perundingan pembagian kekuasaan atas negara Yaman.
PBB berharap perundingan pembagian kekuasaan itu bisa menyelesaikan perang saudara yang sudah berlarut-larut. Namun, tiba-tiba pada bulan Januari 2020 kembali pecah perang antara Koalisi Arab Saudi dan kelompok Houthi yang melibatkan serangan misil dan gempuran udara.
Komentar Penulis: Uni Emirat Arab negara Islam, Saudi Arabia gak usah ditanya, Yaman juga sama. Negara Koalisi Saudi pun isinya negara Arab yang sama agamanya. Terus, kenapa mereka saling berperang? Iya emang kondisi kayak gini ga terjadi hari ini aja, dulu jaman masih ada khilafah pun terjadi perang antar umat muslim. Tapi kalian bisa bandingin sendiri kondisinya. Ketika itu Islam jelas masih punya banyak harapan. Bahkan perang-perang saudara dulu gak bikin Islam terpuruk sampe tahun 1924. Kalo sekarang bener-bener Islam terpecah belah. Yang disebut di tulisan ini baru Yemen Crisis. Kita belum bahas masalah Suriah, Irak, Palestina, Libya, atau hubungan buruk antara Saudi cs. dan Turki. Blokade atas Qatar yang bikin orang Qatar ga bisa haji. Masih banyak perpecahan umat yang terjadi di masa ini.
Bagaimana Dampak Buruknya Pada Rakyat Yaman?
Singkatnya, Yaman sekarang sedang mengalami Krisis kemanusiaan terburuk di dunia. PBB memverifikasi bahwa ada 7500 rakyat sipil yang meninggal. Kebanyakan disebabkan oleh serangan Koalisi Arab Saudi.
Beberapa grup yang memantau krisis Yaman percaya bahwa korban jiwa sebenarnya lebih tinggi dari angka itu. Data yang diberikan oleh ACLED (Armed Conflict Location and Event Data Project) mengatakan bahwa pada Oktober 2019 mereka mencatat korban jiwa perang saudara telah mencapai lebih dari 100.000 orang. Termasuk 12.000 warga sipil yang terbunuh pada serangan-serangan langsung oleh kedua belah pihak.
Lebih dari 23.000 korban jiwa dilaporkan selama 2019. Membuat 2019 menjadi tahun kedua paling mematikan selama perang saudara Yaman sejauh ini.
Ribuan rakyat sipil meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya bisa dicegah seperti malnutrisi, penyakit, dan buruknya kondisi kesehatan.
Yayasan Amal Save the Children memperkirakan bahwa 85.000 anak dengan malnutrisi parah telah meninggal dalam rentang waktu April 2015 - Oktober 2018.
Sekitar 80% populasi Yaman (24 juta orang) membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan.
20 Juta orang membutuhkan bantuan pangan, menurut PBB, hampir 10 jutanya sudah bisa dianggap “selangkah lagi menuju mati kelaparan”.
Diperkirakan ada 2 juta anak yang mengalami kondisi kurang gizi parah, termasuk di dalamnya 360.000 anak dibawah 5 tahun yang berjuang untuk bertahan hidup.
Dengan hanya setengah dari 3500 fasilitas medis yang bisa berfungsi di seluruh negeri, hampir 20 juta orang sulit mendapat akses kesehatan yang memadai. Dan hampir 18 juta orang tidak mempunyai cukup air bersih dan tidak punya akses cukup untuk sanitasi yang memadai.
Dengan buruknya sanitasi ini, tenaga medis harus berjuang melawan kasus Kolera terbesar yang pernah terekam dalam sejarah dengan perkiraan total pengidap Kolera sebanyak 2,2 juta orang dan yang meninggal karena Kolera mencapai 3,895 orang sejak Oktober 2016.
Perang saudara ini juga sukses mengusir 3,65 juta orang dari rumah-rumah mereka.
Lalu, Apa Yang Bisa Kita Lakukan?
Penulis seenggaknya punya 3 rekomendasi untuk dilakukan oleh pembaca sekalian. Kita sama-sama sadar juga bahwa kita masih dalam taraf pelajar yang belum bisa berkontribusi banyak untuk konflik berskala internasional ini. Terlalu Halu lah kalo kita banyak mengharap bisa melakukan kontribusi nyata demi rakyat Yaman.
Pertama, meminta Ilham, bimbingan, dan pertolongan dari Allah SWT. Ini sangat penting, karena pada masa ini, semua pihak merasa paling benar. Mereka mengklaim kebenaran ada di pihak masing-masing. Sampe-sampe kita gak tau lagi deh, mana pihak yang beneran salah dan mana pihak yang beneran membela Islam. Atau jangan-jangan gak ada yang membela Islam, mereka hanya memperjuangkan kepentingan masing-masing? Wallahu a’lam. Makanya, kita minta dibukakan mata hati kita untuk bisa berpegang teguh pada kebenaran dan senantiasa ada pada jalan yang diridhoi Allah SWT.
Kedua, tingkatkan literasi kalian. Membaca, menulis, dan Public Speaking. Skill ketiga opsional. Yang terpenting adalah membaca. Karena penting banget kita nyari tahu asal usul dari apa-apa yang terjadi pada dunia Islam sekarang. Dari situ, kita bisa menilai dengan adil tentang kondisi yang sekarang terjadi.
Take Side? Ini bahaya. Sekarang kita sebagai mahasiswa bahaya kalo ikut satu pihak tertentu. Sebagai pelajar, kita harus tetap netral dan menjalankan apa yang menjadi tugas kita. Tapi, tapi dan tapi, ini penting, kita ga mungkin terus-terusan bersikap netral.
Ketika kita sudah dewasa, dan menjadi “orang” di lingkungan kita, kita harus punya posisi yang jelas. Sebagai tokoh yang berpengaruh, menentukan posisi itu berarti memberi dukungan signifikan pada salah satu pihak. Nah, dengan kita membaca-baca dari sekarang. Terus menggali dan mencari kebenaran dari bacaan-bacaan kita, kita tau pihak mana yang harus kita dukung ketika besar nanti.
Bila kebanyakan ulama dan para cerdik cendekia Islam yang punya pandangan dan hati jernih terus-terusan bersikap netral, maka kebenaran tidak akan tersuarakan. Kita selamanya bakalan hidup dalam dominasi yang kuat, dan banyak dekingan. Entah orang ini baik atau buruk.
Ketiga, kalian semua pasti influence di lingkungannya masing-masing. Kalian pasti punya pengaruh walau dalam lingkup yang sangat kecil. Mungkin kalian punya pengaruh di antara teman rumah kalian, atau keluarga kecil kalian. Atau mungkin kalian punya pengaruh dalam persahabatan antara anda dan satu teman anda. Anda pasti berpengaruh!
Dengan pengaruh itu, ayo kita coba sebarkan kesadaran ini, bahwa Islam sedang tidak baik-baik saja. Bahwa suatu saat Islam akan sangat membutuhkan bantuan kita. Dari kesadaran itu gak mesti deh muncul gerakan-gerakan signifikan atau gebrakan-gebrakan serius. Cukup kita khawatir dan gelisah dengan ini semua. Dengan kekhawatiran itu, kita merasa punya tanggung jawab yang harus diselesaikan. Dan kita punya modal motivasi untuk terus memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi di setiap harinya!
Semoga kita bisa menjadi player dalam proses kembalinya kejayaan Islam di dunia ini.
Artikel asli bisa kalian lihat disini.
Comments
Post a Comment